Casey Stoner merasa senang untuk membungkam kritikan dari Valentino Rossi dan Jerry Burgess yang mengatakan bahwa Rossi tidak bisa mengeksplorasi potensi motor Desmosedici karena Stoner tidak bekerja keras untuk mengembangkan motor tersebut.
Burgess juga telah menyulut amarah Stoner dengan mengatakan bahwa dia mampu menghilangkan problem front-end yang berlarut-larut yang dijumpai pada motor Ducati tersebut dalam waktu 80 detik saja.
Pada tahun ini, dominasi Casey Stoner bersama Repsol Honda sangat kontras dengan perjuangan terjal yang harus dilalui Valentino Rossi bersama Ducati.
Dalam debutnya bersama Rossi, Ducati gagal meraih kemenangan untuk pertama kalinya dalam era 800cc, sedangkan Stoner mampu menghasilkan 23 trofi podium teratas dalam kurun waktu empat tahun menunggangi Desmosedici.
Tak cukup sampai di situ, Stoner mampu memenangkan 10 balapan pada musim 2011 dan meraih gelar juara dunia keduanya bersama Repsol Honda RC212V.
Sementara Valentino Rossi dan Ducati terpuruk setelah diterjang berbagai permasalahan, salah satunya adalah problem front-end yang telah dijumpai sejak Stoner bergabung ke dalam tim yang berbasis di Bologna tersebut.
Ducati mencoba menyiasati permasalahan tersebut, salah satunya melalui percobaan dalam penggunaan rangka berbahan carbon dan alumunium, tetapi hasil yang mereka dapatkan masih jauh dari ekspetasi.
Casey Stoner mengatakan, “Semua yang dikatakan Valentino bahwa saya tak banyak bekerja keras bukanlah hal yang baru. Saat itu mereka mengatakan kalau Ducati merupakan motor terbaik yang ada di grid dan saya punya ban terbaik dan hal lainnya.
“Perkataan ini terus ada dan mengganggu saya selama berada di Ducati sampai akhinya Valentino mencoba motornya dan menunjukkan tak ada bedanya seperti saat Marco Melandri dan Nicky Hayden membalap dengan motor tersebut.
“Jujur saja ini lucu ketika dia bilang kalau motor itu tidak memberi saya lebih banyak kesabaran karena saya punya kesabaran saya sendiri.
“Saya tahu saat dia mencoba motornya, dia tidak membalap lebih cepat daripada saya. Saya yakin 100%. Dia mengeluhkan cedera bahunya pada awal musim namun (faktanya) dia mendapatkan hasil terbaik saat dibalut cedera.
“Saat cedera bahunya mulai hilang, dia malah mendapat hasil yang lebih buruk. Alasan yang mereka buat tak cukup sampai di situ dan berlanjut hingga akhir musim ketika mereka harus mulai mengaku kalau mereka kehilangan arah pengembangan motor mereka.
“Alasan mengapa gelar juara ini terasa lebih manis adalah karena kritikan Valentino dan Jerry kepada kami yang mengatakan kalau kami tak bisa mengembangkan motor dan tak tahu apa yang kami lakukan. Jelas bahwa mereka sepuluh kali lebih bingung daripada kami tentang arah mana yang akan dilakukan.
“Mereka ingin ini dan itu dan mereka mendapatkan apa yang mereka minta dan semuanya tak bekerja, mereka belum membenahi apapun. Mereka masih belum lebih baik ketimbang saat awal musim, saat titik di mana mereka bertanya-tanya arah pengembangan motor itu.
“Setidaknya kami tahu arah mana yang kami inginkan, kami hanya tidak mendapatkan pendanaan untuk mendapatkannya dan mereka mendapat dana tersebut sekarang namun mereka masih belum berada pada arah yang benar.”
Seperti yang diungkap MotoGP Race beberapa waktu yang lalu, Rossi telah menyadari bahwa kesalahan terbesar yang dibuatnya adalah memberikan penilaian yang salah terhadap kinerja Casey Stoner dan menghubung-hubungkannya dengan problem yang dialami Desmosedici.
The Doctor menjelaskan, “Banyak orang mengira kalau Ducati adalah motor yang cepat karena Casey sering berada di depan lalu terjatuh, ataupun alasan yang bodoh lainnya. Jadi, semua orang berpikir kalau Stoner yang bermasalah. Tetapi itu tidak benar. Permasalahannya ada pada motornya yang sangat susah untuk ditunggangi dan Stoner merupakan pembalap yang sangat cepat.”
Selain itu Rossi memendam penyesalan setelah terjun dari Yamaha ke dalam proyek pengembangan motor Desmosedici pada musim ini.
Pembalap yang kini berusia 32 tahun tersebut mengatakan, “Kadang-kadang saya menyesalinya, namun saya mulai berpikir lebih dalam bahwa inilah sesuatu yang harus saya coba, jadi bagi saya ini bukanlah sebuah kesalahan. Daya tarik dari tantangan ini sangat hebat dan saya masih merasakannya.
“Lebih baik mencoba dan punya masalah daripada tak mencobanya sama sekali dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi dalam sisa hidup saya, bagaimana jadinya? Saya membalap dan memilih berkarir seperti ini, dan saya punya banyak kesenangan karenanya.
“Jadi meskipun apa yang telah terjadi, pada akhirnya saya tak punya penyesalan. Hal pertama yang akan dibenahi berasal dari diri saya sendiri dan orang-orang yang bekerja dengan saya, dan saya tahu fans sedang menunggu dan mengharapkan hasil yang lebih baik.
“Terkadang pada masa lalu saya bisa memulai balapan dari posisi 11 namun masih bisa memenangkan race. Jadi yang terjadi pada tahun ini, mereka mengira saya masih bisa menang ketika saya berada di situasi yang sama (start dari belakang).
“Saya merasa sangat sedih untuk mengecewakan penggemar saya namun cerita ini tak bisa diakhiri seperti ini. Ini akan sulit namun kami hanya bisa melakukannya untuk menjadi lebih baik.
“Bagi saya musim yang seperti ini membantu saya untuk bisa lebih kuat. Musim yang seperti ini tak mengubah apa yang saya rasakan tentang masa depan saya. Harapan takkan pernah mati. Saya masih ingin bertahan selama beberapa tahun di MotoGP dan saya yakin bisa kembali ke puncak serta bertarung untuk posisi yang penting (untuk mendapatkan poin).
“Tentu saja mustahil untuk meraih 11 kemenangan dalam satu musim, tetapi saya bisa naik podium lebih sering.
“Target pertama saya adalah untuk mencoba dan kembali ke puncak dengan Ducati dan kami harus melakukan ini. Kami tak bisa menyelesaikan akhir cerita seperti ini dan kami harus membawa motor ini ke level yang lebih bagus dan mendekatkannya dengan Honda dan Yamaha.”
Senin, 26 Desember 2011
Casey Stoner: Rossi dan Burgess 10 Kali Lebih Membingungkan
2011-12-26T13:18:00+07:00
catatan yoex
news|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)